Selasa, 30 September 2025

Islam, Pancasila, dan Desa

LATIF SAFRUDDIN
SEKJEN FORUM BPD
PEGIAT MEDSOS

Ketika kita berbicara tentang desa, maka sesungguhnya kita sedang berbicara tentang akar Indonesia. Desa adalah fondasi peradaban bangsa, tempat nilai gotong royong, musyawarah, dan solidaritas sosial tumbuh subur sejak lama. Nilai-nilai inilah yang kemudian menemukan wajah formalnya dalam Pancasila, dasar negara Indonesia.

Namun, menarik untuk kita renungkan, bagaimana posisi Islam yang dianut mayoritas masyarakat desa dihubungkan dengan Pancasila? Apakah keduanya berjarak, atau justru saling menyatu?

Islam dan Pancasila: Bukan Lawan, Tapi Kawan

Islam mengajarkan tauhid, keadilan, musyawarah (syura), dan kasih sayang (rahmah). Sementara Pancasila memuat nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Jika ditelaah, tidak ada pertentangan fundamental antara keduanya. Justru Pancasila menjadi wadah hidup bersama yang mampu mengakomodasi nilai-nilai Islam dalam kerangka kebangsaan.

Di desa, praktik Islam dan Pancasila hidup berdampingan secara natural. Tradisi tahlilan, gotong royong membangun masjid, kerja bakti membersihkan jalan, hingga musyawarah dalam memilih kepala desa—semua merupakan bentuk konkret bahwa nilai religiusitas Islam berpadu dengan prinsip Pancasila.

Tantangan: Islam Pancasila di Era Desa Modern

Meski demikian, perkembangan zaman membawa tantangan baru. Desa kini tidak lagi steril dari konflik ideologi. Masuknya arus radikalisme, politik identitas, dan kepentingan pragmatis seringkali menggoyahkan harmoni.

Di sinilah pentingnya Islam Pancasila Desa: sebuah gagasan bahwa desa harus menjadi benteng nilai, tempat Islam yang rahmatan lil ‘alamin dipraktikkan dalam bingkai Pancasila. Bukan Islam yang memecah belah, tapi Islam yang merangkul. Bukan Pancasila yang sekadar slogan, tapi Pancasila yang mengakar dalam keseharian masyarakat desa.

Strategi Membangun Islam Pancasila Desa

1. Penguatan Musyawarah Desa

BPD, perangkat desa, tokoh agama, dan masyarakat perlu membudayakan musyawarah yang sehat. Prinsip syura dalam Islam dan sila keempat Pancasila bisa menyatu di forum ini.

2. Pendidikan Nilai

Madrasah, pesantren, dan sekolah di desa harus menanamkan bahwa Islam dan Pancasila bukan dua kutub yang bertentangan. Melainkan jalan seiring untuk membangun Indonesia.

3. Ekonomi Gotong Royong

Islam mengajarkan zakat, infak, sedekah; Pancasila mengajarkan keadilan sosial. Desa bisa mengembangkan BUMDes, koperasi, dan program sosial yang berbasis solidaritas.

4. Kepemimpinan Teladan

Kepala desa, perangkat, dan tokoh agama harus menjadi teladan dalam menjalankan nilai-nilai Islam Pancasila. Integritas moral menjadi benteng utama.

Penutup: Desa sebagai Miniatur Islam Pancasila

Desa adalah ruang sosial yang paling dekat dengan masyarakat. Jika di desa nilai Islam Pancasila bisa hidup dengan baik, maka di level bangsa pun Indonesia akan kokoh.

Islam Pancasila Desa bukan jargon kosong, tetapi sebuah gagasan praksis: bagaimana Islam memberi arah moral dan spiritual, sementara Pancasila memberi bingkai kebangsaan yang adil dan inklusif. Dengan demikian, desa bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga pusat peradaban yang menjaga Indonesia tetap utuh dalam kebhinekaan.


0 Comments:

Posting Komentar